Loading...
Beritavideo - Kejahatan dan tindakan kriminal selalu ada di setiap belahan dunia ini, tidak terkecuali di Indonesia. Sama seperti di semua tempat di dunia ini pula, di Indonesia sendiri tindakan kriminal tersaji lengkap mulai dari hal sepele sampai kejahatan kriminal berskala besar.
Bila di luar negeri, mengenal penjahat legendaris seperti Al Capone, Xie Caiping, Bonnie dan Clyde, maka di Indonesia juga tidak kalah dengan mempunyai penjahat legendarisnya sendiri. Inilah beberapa sosok penjahat dan mantan kriminal Indonesia yang pada jamannya disegani, dihormati sekaligus ditakuti oleh banyak masyarakat.
1. Kusni Kasdut
Anda yang lahir di tahun 60-70an pasti mengenal sosok yang satu ini. Kusni Kasdut adalah seorang kriminal spesialisasi permata berharga. Pria bernama asli Waluyo ini, pada tanggal 31 Mei 1961 menjadi salah satu penjahat legendaris Indonesia setelah melakukan perampokan di Museum Nasional Jakarta (kini bernama Museum Gajah). Dengan menyamar sebagai polisi gadungan, Kusni Kasdut berhasil membawa 11 permata curian setelah sebelumnya melukai seorang penjaga museum.
Setahun sebelumnya, Kusni Kasdut telah melakukan kejahatan yang cukup membuat publik Jakarta geger. Dengan berbekal sebuah pistol dan ditemani anak buahnya, Kusni melakukan aksi perampokan terhadap seorang pedagang Arab kaya raya bernama Ali Badjened. Ali Badjened dirampok sore hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di kawasan Awab Alhajiri, Kebon Sirih. Dia meninggal saat itu juga akibat luka tembakan dari pistol Kusni Kasdut.
Beberapa tahun setelah perampokan permata di Museum Nasional Jakarta, Kusni ditangkap saat berusaha menggadaikan permata hasil curiannya. Dia pun dijebloskan ke penjara dengan vonis hukuman mati. Saat di penjara Kusni Kasdut bertobat dan menyesali perbuatannya. Ia dibaptis sebagai pengikut Katolik bernama Ignatius Kusni Kasdut. Saat-saat terakhir Kusni di penjara dijadikan ide untuk lagu Good Bless yang berjudul “Selamat Pagi Indonesia “ dan dimuat dalam album mereka bertajuk “Cermin”.
Yang mungkin tidak diketahui banyak orang, Kusni sempat dijuluki “ Robin Hood “ Indonesia karena hasil rampokannya sering dibagi-bagikan kepada kaum yang tidak mampu. Kusni Kasdut juga termasuk salah seorang pejuang Indonesia yang ikut membantu TNI melawan Belanda saat masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Kusni Kasdut menjalani vonisnya di depan regu tembak pada tanggal 16 Februari 1980.
2. Mat Peci
Salah satu sosok kriminal yang cukup unik karena selalu memakai peci dikepalanya. Selain itu kisah hidupnya pun menarik. Mat Peci lahir di Kecamatan Leles, Garut pada tahun 1943 dan merupakan keturunan keluarga terpandang. Dikisahkan Mat Peci mempunyai seorang kekasih bernama Euis, tapi hubungannya terganjal restu dari orang tua Euis. Merasa sakit hati, Mat Peci pun merantau ke Bandung.
Pada awalnya, Mat Peci bekerja sebagai calo karcis bioskop di sekitar kawasan Cicadas, Bandung. Namanya mulai dikenal ketika pada tahun 70an Mat Peci banyak melakukan kejahatan seperti perampokan dan pembunuhan. Keluar masuk penjara pun tidak menjadikannya kapok dan bertobat, malah Mat Peci semakin memperdalam “ilmu” nya selama di penjara dari sesama napi. Mat Peci dikabarkan mempunyai ilmu kebal, yang menjadikan dirinya sulit untuk ditangkap.
Saat menjadi buronan, Mat Peci menikah dengan Euis setelah sebelumnya secara tidak sengaja keduanya bertemu di tempat prostitusi. Aparat intelijen yang sudah mengetahui keberadaan Mat Peci, akhirnya melakukan penyergapan di Garut.
Pada tahun 1978, Mat Peci pun tewas tertembus peluru aparat di Stasiun Kereta Api Leles kecamatan Kadungora, Garut. Kisahnya yang menarik ini membuat perjalanan hidup Mat Peci diangkat ke layar lebar. Tokoh Mat Peci saat itu diperankan oleh aktor Rachmat Hidayat dan Euis diperankan oleh artis Dorris Callebaute.
3. Slamet Gundul
Inilah sosok mantan penjahat yang sempat menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) nomor 1 Polisi. Bahkan pada tahun 1989, Direktur Reserse Mabes Polri Koesparmono Irsan mengeluarkan perintah tegas terhadap setiap jajarannya, “Tangkap Slamet Gundul hidup atau mati”. Slamet Gundul alias Slamet Santoso alias Samsul Gunawan adalah bos dari kawanan perampok bersenjata api yang mengincar nasabah bank, dan sudah belasan kali beraksi di pulau Jawa. Slamet dikenal sebagai penjahat yang licin dan sangat susah ditangkap.
Slamet Gundul dan anak buahnya pernah berhasil dicegat oleh 6 anggota elit reserse se Jawa Tengah saat akan melancarkan aksinya. Slamet Gundul mampu lolos dengan menaiki motor dengan kaki yang terluka, setelah aksi tembak selama 15 menit.
Pada Januari 1987, satuan reserse Polda Metro Jaya berhasil mengepung rumah yang diduga dikontrak oleh Slamet. Saat dilakukan penggerebekan, Slamet berhasil melarikan diri dengan melompati pagar beton belakang rumahnya yang setinggi 2 meter. Secara ajaib, Slamet mampu lolos kembali dari kepungan polisi dengan menembak membabi buta menggunakan 2 pistol yang dibawanya. Namun tak lama setelahnya, Slamet beserta 2 komplotannya berhasil ditangkap.
Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta Timur memvonis ketiganya dengan hukuman masing-masing 3 tahun penjara. Tetapi Slamet beserta seorang temannya berhasil kabur saat dibawa dari ruang sidang menuju mobil tahanan. Semasa sepak terjangnya, Slamet Gundul beserta komplotannya berhasil melakukan aksi perampokan lebih dari 11 kali dengan total hasil rampokan lebih dari 150juta, jumlah yang terbilang sangat besar saat itu. Slamet Gundul saat ini sudah bebas dan diyakini bekerja untuk Tommy Winata, salah satu pengusaha yang pernah dirumorkan merupakan salah satu bos mafia besar Indonesia.
4. Johny Indo
Mungkin inilah sosok bos gangster sekaligus penjahat budiman ala Robin Hood Indonesia. Yohanes Herbertus Eijkenboom atau populer dengan sebutan “ Johny Indo “. Lahir di Garut, 6 November 1948. Pada tahun 70an, Johny Indo bersama dengan 12 orang kelompoknya membentuk geng yang diberi nama Pachinko (Pasukan China Kota). Spesialisasi Johny Indo beserta kelompoknya adalah merampok toko emas milik orang asing yang kaya raya dan semuanya dilakukan pada siang hari.
Aksi paling menggegerkan adalah saat dia bersama komplotannya merampok toko emas di Cikini, Jakarta Pusat pada tahun 1979. Saat itu, dia bersama kelompoknya melakukan perampokan dengan bersenjata lima pucuk pistol, sebutir granat, dan puluhan butir peluru.
Selama kurun waktu 10 tahun dia beraksi, mulai dari tahun 1970 – 1980, Johny Indo berhasil mengumpulkan sekitar 129 kilogram emas dan membagi-bagikannya ke masyarakat miskin. Hal inilah yang membuat dirinya mendapatkan julukan Penjahat Budiman atau Robin Hood.
Johny Indo akhirnya tertangkap di Sukabumi dan divonis hukuman 14 tahun penjara. Selain itu ia dijebloskan ke penjara dengan keamanan super ketat di pulau Nusakambangan. Kisah fenomenal Johny Indo tidak berhenti sampai disitu. Bersama 14 tahanan lainnya, Johny Indo sempat mecoba untuk melarikan diri dari Nusakambangan. Namun Nusakambangan masih mampu menjaga reputasinya sebagai penjara paling “mematikan” di Indonesia.Johny Indo menyerah setelah bertahan 12 hari di alam liar Nusakambangan.
Selain itu, 11 tahanan yang ikut melarikan diri bersama dengannya, tewas dan sisanya berhasil ditangkap tidak jauh dari area Nusakambangan. Kisah pelarian ini sempat diangkat pula ke layar lebar dengan Johny Indo sendiri menjadi pemeran utamanya. Dalam melakukan aksinya, Johny Indo sangat pantang untuk melukai korbannya. Hidup dipenjara membuat dirinya banyak belajar dan mengevaluasi diri. Setelah bebas, Johny Indo menjadi seorang mualaf dan tinggal bersama keluarganya di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Ia pun menjalani kehidupannya dengan berdakwah, sebuah jalan hidup yang hampir mirip dengan kisah Sunan Kalijaga yang dia baca saat masih kecil.
5. Dukun AS
Bernama asli Nasib, sosok satu ini sempat membuat geger Indonesia bahkan dunia, saat menjadi tersangka pembunuhan 42 orang wanita dengan berkedok sebagai dukun. Mayat para korbannya dikuburkan di perkebunan tebu Desa Sei Semayang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.Sebelum menjadi tersangka kasus pembunuhan tersebut, dia sempat ditahan karena terjerat kasus pencurian ternak lembu. Saat bebas, Nasib mengubah namanya menjadi Ahmad Suradji.
Kejahatan AS (Ahmad Suradji) mulai terkuak saat polisi menemukan sesosok mayat wanita bernama Sri Kemala Dewi pada 27 April 1997. Dari keterangan yang berhasil dihimpun oleh polisi, diketahui wanita tersebut terakhir mendatangi AS yang saat itu berprofesi sebagai dukun. Berdasarkan pemeriksaan dan barang bukti berupa pakaian serta perhiasan milik Sri Kemala Dewi yang ada di tempat praktek AS, polisi pun menciduk AS beserta istrinya menjadi tersangka.
Melalui pemeriksaan dan penyisiran lanjutan, ditemukan fakta yang lebih mencengangkan, bahwa korban sang dukun bukan hanya 1 tapi mencapai 42 orang yang dilakukan sejak tahun 1987 hingga 1997. Namun menurut beberapa berita, dikatakan bahwa dukun AS menampik semua sangkaan tersebut. Konon, perbuatan dukun AS tersebut adalah untuk memperkuat ilmu hitam yang dia miliki, dimana dia diharuskan membunuh 70 orang wanita dan menghisap air liur nya.
Pada 27 April 1998, dukun AS divonis hukuman mati oleh hakim sedangkan istrinya mendapat vonis hukuman seumur hidup. Eksekusi hukuman mati terhadap dukun AS dilakukan pada Kamis, 10 Juli 2008. Kasus Dukun AS ini sempat diadaptasi menjadi film layar lebar dengan judul “ Misteri Kebun Tebu“.
6. Olo Panggabean, The Real North Sumatra (Medan) Godfather
Olo Panggabean lahir di Tarurung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara 24 Mei 1941.
Nama lengkapnya adalah Sahara Oloan Panggabean, tapi lebih suka di panggil OLO, yang dalam bahasa Tapanuli artinya YA atau OK.
Sosoknya sangat bertolak belakang dari sebutannya yang dikenal sebagai “Kepala Preman.” Perawakannya seperti orang biasa dengan penampilan yang cukup sederhana.
Ia hanya mengunakan sebuah jam tangan emas tanpa satupun cincin yang menempel di jarinya. Sorot matanya terlihat berair seperti mengeluarkan air mata, tetapi memiliki lirikan yang sangat tajam. “Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Bang, soalnya saya kan sampai sekarang masih lajang,”ujar Olo sambil tertawa.
Meski begitu, pengawal rata-rata bertubuh besar berkumis tebal dengan kepalan rata-rata sebesar buah kelapa.
Olo Panggabean diperhitungkan setelah keluar dari organisasi Pemuda Pancasila, saat itu di bawah naungan Effendi Nasution alias Pendi Keling, salah seorang tokoh Eksponen ’66’. Tanggal 28 Agustus 1969, Olo Panggabean bersama sahabat dekatnya, Syamsul Samah mendirikan IPK. Masa mudanya itu, dia dikenal sebagai preman besar.
Wilayah kekuasannya di kawasan bisnis di Petisah. Dia juga sering dipergunakan oleh pihak tertentu sebagai debt collector.
Sementara organisasi yang didirikan terus berkembang, sebagai bagian dari lanjutan Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila), di bawah naungan dari Koordinasi Ikatan – Ikatan Pancasila (KODI), dan pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia (Gakari).
Melalui IPK (Ikatan Pemuda Karya) Olo kemudian membangun “kerajaannya” yang sempat malang melintang di berbagai aspek kehidupan di Sumut dan menghantarkannya dengan julukan “Ketua.” Selain kerap disebut “Kepala Preman”, yang dikaitkan dari nomor seri plat kendaraannya yang seluruhnya berujung “KP”, Olo juga dikenal orang sebagai “Raja Judi” yang mengelola perjudian di Sumut. Namun segala hal tersebut, belum pernah tersentuh atau dibuktikan oleh pihak yang berwajib. Terasa, tapi tidak teraba.
Loading...