" WOW !!! Tak Banyak yang Tau Kalau Orang Asal Indonesia ini Menjadi Presiden Pertama Negara Singapura...!!! - Berita Video

Wednesday, August 9, 2017

WOW !!! Tak Banyak yang Tau Kalau Orang Asal Indonesia ini Menjadi Presiden Pertama Negara Singapura...!!!

Loading...

Beritavideo - Setiap tanggal 9 Agustus, negara tetangga kita, yaitu Republik Singapura selalu memperingati dan merayakan hari kemerdekaannya.

Singapura menyatakan deklarasi kemerdekaannya pada tanggal 9 Agustus 1965 setelah sebelumnya menjadi salah satu negara bagian dalam Federasi Kerajaan Malaysia.

Dalam postingan ini, Beritavideo saya tidak akan membahas mengenai sejarah lahirnya Singapura, tetapi hendak mengulas sedikit mengenai sosok Presiden Pertama 'Negeri Singa' tersebut yang ternyata merupakan keturunan asli orang Sumatera, Indonesia.



Presiden Pertama Singapura bernama Yusof bin Ishak. Gelar lengkapnya ialah Yang Amat Berhormat Tun Yusof bin Ishak. Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1910 di Padang Gajah, Trong, Bandar (Kota) Taiping, Negara Bagian Perak, Kerajaan Malaysia. Ayah Yusof bin Ishak berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Langkat, Sumatera Utara, Indonesia. Kedua orangtuanya hijrah ke Pulau Penang sebelum melanjutkan ke Negeri Perak, Malaysia. Yusof bin Ishak adalah Yang Di-Pertuan Negara Singapura yang kedua sekaligus Presiden Singapura yang pertama.

Latar Belakang

Yusof bin Ishak adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Ayah beliau bernama Encik Ishak bin Ahmad, yang merupakan seorang Ketua Penyuluh Perikanan Negeri-Negeri Selat dan Persekutuan Tanah Melayu. Yusof mengenyam pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Melayu di Kuala Kurau, Perak, Malaysia, sebelum dipindahkan ke Malay School di Taiping. Pada tahun 1921, Yusof meneruskan pendidikannya ke King Edward VII School yang berbahasa Inggris di kota yang sama.

Pada tahun 1923, ayah Yusof ditempatkan di Singapura. Yusof pun mengikuti keluarganya dan melanjutkan pendidikannya di Victoria Bridge School hingga bulan Desember 1923. Tahun 1924, Yusof dimasukkan ke sekolah Raffles Institution, di mana beliau berhasil lulus Cambridge School Certificate tiga tahun kemudian dengan nilai sangat memuaskan, sehingga diberikan peluang untuk melanjutkan pendidikannya dalam program Queen's Scholarship.

Di sekolah, Yusof sangat menggemari olahraga hoki, kriket, angkat berat, dan tinju. Pada tahun 1933, Yusof menjadi juara tinju dalam kelas lightweight. Selain itu, Yusof juga aktif menjadi ketua murid dan penyunting dalam majalah sekolah Rafflesian.

Yusof Sebagai Wartawan

Setelah meninggalkan sekolah pada tahun 1929, beliau bersama dua rekannya menerbitkan majalah Sportsman, sebuah majalah dwi-mingguan yang berisi berita-berita tentang bola. Pada tahun 1932, Yusof menjadi anggota Warta Malaya, sebuah surat kabar berbahasa Melayu yang terkenal saat itu. Kemahirannya sebagai seorang wartawan mengantarkan Yusof menerima jabatan sebagai Pembantu Pengurus dan Penanggung Jawab Suntingan walaupun hanya sebentar. Pada tahun 1938, Yusof mengundurkan diri dari Warta Malaya, untuk selanjutnya mendirikan Utusan Melayu Press Ltd. bersama beberapa temannya. Edisi pertama Utusan Melayu terbit pada bula Mei 1939, dimana Yusof menjadi pengarah.

Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yusof berada di Semenanjung Malaya. Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, Yusof pun kembali ke Singapura pada tanggal 3 September 1945 dan melanjutkan kembali semua pekerjaannya di Utusan Melayu. Pada tahun 1948, Yusof berkunjung ke Inggris sebagai anggota delegasi First Press Delegation. Pada awal tahun 1957, beliau terbang ke Jepang untuk mengecek alat cetak terbaru yang akan digunakan oleh Utusan Melayu. Pada bulan Mei di tahun yang sama, Yusof bertolak ke Kuala Lumpur untuk mengikuti pembinaan Bangunan Utusan. Saat itu, Yusof dilantik menjadi Presiden Press Club of Malaya.


Peran-Serta Yusof bin Ishak

Yusof bin Ishak telah memegang beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Singapura. Dari tahun 1948 hingga 1950, Yusof mengabdikan diri pada Komite Pengajuan Film (Film Appeal Committee). Yusof pun menjadi anggota Nature Reserves Committee selama setahun dan juga Malayan Organisation Commission. Pada bulan Juli 1959, Yusof dilantik sebagai Pengerusi Suruhanjaya Perkhidmatan Awam Singapura. Kemudian, pada tanggal 3 Juli 1965 Yusof diangkat menjadi Rektor Universitas Nasional Singapura (National University of Singapore alias NUS).

Puncak karier Yusof bin Ishak adalah pada tanggal 3 Desember 1959, saat beliau akhirnya dilantik menjadi Yang Di-Pertuan Negara Singapura yang pertama. Setelah pelantikannya, Yusof bersama istrinya yang bernama Toh Puan Noor Aishah melakukan kunjungan resmi yang pertama ke Kamboja di bulan April 1963. Pada bulan yang sama pula, keduanya melaksanakan ibadah haji ke Kota Makkah dengan status sebagai tamu negara Kerajaan Arab Saudi. Yusof dan istrinya juga telah mengunjungi Sri Lanka (dahulu Ceylon) pada bulan Mei 1963.

Penghargaan, Peranan Saat Kemerdekaan Singapura, dan Wafatnya Yusof bin Ishak

Yusof bin Ishak diberikan penghargaan Darjah Kerabat Yang Amat Dihormati Kelas Pertama oleh Sultan Brunei pada bulan November 1960 dan Seri Maharaja Mangku Negara (SMN) hingga membawa gelar "Tun" dari Yang Di-Pertuan Agong Malaysia pada bulan November 1963.

Pada tanggal 9 Agustus 1965, saat Singapura memutuskan memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat, Yusof bin Ishak pun dilantik sebagai Presiden Pertama Republik Singapura. Beliau juga kembali dilantik untuk masa jabatan empat tahun pada tanggal 4 Desember 1967.


Yusof bin Ishak meninggal dunia pada tanggal 23 November 1970 saat masih berstatus sebagai Presiden Singapura. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Negara, Kranji, Republik Singapura. Wajah Presiden Yusof bin Ishak lantas diabadikan di semua pecahan dalam mata uang dollar Singapura sejak dulu hingga sekarang.



Loading...
Back To Top